PERANG MELAWAN YAHUDI DAN BINASANYA YAHUDI ( Tanda Hari Kiamat )
Dan di antaranya adalah kaum muslimin memerangi orang-orang
Yahudi di akhir zaman. Hal itu terjadi karena orang-orang Yahudi termasuk
pasukan Dajjal. Kaum muslimin yang merupakan pasukan Nabi ‘Isa Alaihissallam
memerangi mereka, hingga pepohonan dan bebatuan berkata, “Wahai muslim! Wahai
hamba Allah! Orang Yahudi ini ada di belakangku, kemarilah! Bunuh dia!”
Kaum muslimin pernah memerangi orang-orang
Yahudi pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengalahkan mereka dan
melenyapkan (mengusir) mereka dari Jazirah Arab; sebagai bentuk ketaatan
terhadap sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
َلأُخْرِجَنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى مِنْ
جَزِيـرَةِ الْعَرَبِ حَتَّـى لاَ أَدَعَ إِلاَّ مُسْلِمًا.
“Sungguh, aku akan mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani
dari
Jazirah Arab sehingga aku tidak meninggalkan (di dalamnya) kecuali seorang muslim.”[1]
Jazirah Arab sehingga aku tidak meninggalkan (di dalamnya) kecuali seorang muslim.”[1]
Akan tetapi, peperangan ini bukanlah peperangan yang merupakan tanda Kiamat, yang diterangkan dalam berbagai hadits shahih. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa kaum muslimin akan memerangi mereka ketika Dajjal keluar dan ketika Nabi ‘Isa Alaihissallam turun.
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Samurah bin
Jundub Radhiyallahu anhu sebuah hadits panjang tentang khutbah Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana matahari… (di dalamnya beliau
menyebutkan Dajjal, beliau bersabda):
وَإِنَّهُ يَحْصُرُ الْمُؤْمِنِينَ فِي
بَيْتِ الْمَقْدِسِ، فَيُزَلْزَلُونَ زِلْزَالاً شَدِيدًا، ثُمَّ يُهْلِكُهُ اللهُ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَجُنُودَهُ، حَتَّى إِنَّ جِذْمَ الْحَائِطِ -أَوْ قَالَ:
أَصْلَ الْحَـائِطِ، وَقَالَ حَسَنٌ اْلأَشْيَبُ: وَأَصْلَ الشَّجَرَةِ-
لَيُنَادِي -أَوْ قَالَ: يَقُولُ- يَا مُؤْمِنُ! -أَوْ قَالَ يَا مُسْلِمُ: هَذَا
يَهُودِيٌّ- أَوْ قَالَ: هَذَا كَافِرٌ تَعَالَ فَاقْتُلْهُ. قَالَ: وَلَنْ
يَكُونَ ذَلِكَ كَذَلِكَ حَتَّـى تَرَوْا أُمُورًا يَتَفَاقَمُ شَأْنُهَا فِي
أَنْفُسِكُمْ، وَتَسَاءَلُونَ بَيْنَكُمْ: هَلْ كَانَ نَبِيُّكُمْ ذَكَرَ لَكُمْ
مِنْهَا ذِكْرًا؟
“Sesungguhnya Dajjal akan mengepung kaum
muslimin di Baitul Maqdis, lalu terjadi satu gempa yang sangat dahsyat,
akhirnya Allah membinasakannya beserta bala tentaranya, sampai-sampai pangkal
dinding, (Hasan al-Asyyab [2] berkata, ‘Akar pepohonan’) akan berkata, ‘Wahai
mukmin! -atau wahai muslim, ini seorang Yahudi- atau seorang kafir -kemarilah,
bunuh dia!’ Beliau berkata, “Hal itu tidak akan pernah terjadi hingga kalian
melihat berbagai perkara semakin gawat dalam diri kalian dan kalian saling
bertanya-tanya, “Apakah Nabi kalian pernah menyebutkan kepada kalian
tentangnya?” [3]
Asy-Syaikhani meriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّـى يُقَاتِلَ
الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّـى يَخْتَبِئَ
الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ
الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ! يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي، فَتَعَالَ،
فَاقْتُلْهُ، إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ.
“Tidak akan tiba hari Kiamat hingga kaum
muslimin memerangi orang-orang Yahudi dan membunuh mereka sehingga seorang
Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, kemudian batu dan pohon berkata,
‘Wahai muslim! Wahai hamba Allah! Orang Yahudi ini di belakangku, kemarilah,
bunuhlah dia!” Kecuali gharqad [3], karena ia adalah pohon orang Yahudi.” [4]
Ini adalah lafazh dalam riwayat Muslim.
Yang nampak jelas dari redaksi hadits bahwa
batu dan pohon berbicara secara hakiki. Hal itu karena terjadinya pembicaraan
dengan benda mati telah tetap dalam hadits-hadits yang lain yang membahasnya.
Telah kami jelaskan hal ini dalam satu pembahasan tersendiri, karena hal ini
termasuk tanda-tanda Kiamat.
Jika benda mati berbicara waktu itu, maka
tidak ada faktor pendorong yang memberikan kemungkinan bahwa berbicaranya batu
dan pohon itu sebagai majas (kiasan), sebagaimana hal ini difahami oleh
sebagian ulama. [5] Sesungguhnya tidak ada dalil sama sekali yang menharuskan
membawa lafazh tersebut kepada makna lain selain dari makna hakikinya. Bahkan benda
mati yang berbicara telah dijelaskan pula di dalam berbagai ayat:
أَنطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ
شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ
“… Allah yang menjadikan segala sesuatu
pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata…” [Fushshilat: 21]
Dan firman-Nya:
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ
بِحَمْدِهِ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
“… Dan tak ada sesuatu pun melainkan
bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka…” [Al-Israa’: 44]
Dijelaskan di dalam hadits Abu Umamah
al-Bahili Radhiyallahu anhu, dia berkata:
خَطَبَنَا رَسُـولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَكْثَرُ خُطْبَتِهِ عَنِ الدَّجَّالِ، وَحَذَّرَنَاهُ
(فَذَكَرً خُرُوْجَهُ، ثُمَّ نُزُولَ عِيْسَى عليه لسّلام لِقَتْلِهِ، وَفِيْهِ)
قَالَ عِيسَـى عليه لسّلام : افْتَحُوا الْبَـابَ! فَيُفْتَحُ وَوَرَاءَهُ
الدَّجَّالُ مَعَهُ سَبْعُونَ أَلْفَ يَهُودِيٍّ، كُلُّهُمْ ذُو سَيْفٍ مُحَلًّى
وَسَاجٍ، فَإِذَا نَظَرَ إِلَيْهِ الدَّجَّالُ ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الْمِلْحُ فِـي
الْمَاءِ وَيَنْطَلِقُ هَارِبًا وَيَقُولُ عِيسَى عليه لسّلام : إِنَّ لِي فِيكَ
ضَرْبَةً لَنْ تَسْبِقَنِـي بِهَا فَيُدْرِكُهُ عِنْدَ بَابِ اللُّدِّ
الشَّرْقِيِّ فَيَقْتُلُهُ فَيَهْزِمُ اللهُ الْيَهُودَ، فَلاَ يَبْقَـى شَيْءٌ
مِمَّا خَلَقَ اللهُ يَتَوَارَى بِهِ يَهُودِيٌّ إِلاَّ أَنْطَقَ اللهُ ذَلِكَ
الشَّيْءَ، لاَ حَجَرَ وَلاَ شَجَرَ وَلاَ حَائِطَ وَلاَ دَابَّةَ إِلاَّ
الْغَرْقَدَةَ، فَإِنَّهَا مِنْ شَجَرِهِمْ لاَ تَنْطِقُ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkhutbah di hadapan kami, isi khutbahnya yang paling banyak adalah tentang,
dan memberikan peringatan kepada kami darinya, (lalu beliau menuturkan tentang
keluarnya Dajjal, kemudian turunnya Nabi ‘Isa Alaihissallam untuk membunuhnya,
di dalamnya diungkapkan): ‘Isa Alaihissallam berkata, ‘Bukakanlah pintu!” Lalu
pintu dibukakan dan di belakangnya ada Dajjal bersama 70.000 orang Yahudi
semuanya memegang pedang, memakai perhiasan dan jubah[7]. Jika Dajjal
melihatnya (Nabi ‘Isa), maka ia akan mencair bagaikan garam yang larut di dalam
air. Dia akan kabur, sementara Nabi ‘Isa berkata, “Sesungguhnya aku memiliki
satu pukulan yang belum pernah aku lakukan,’ lalu beliau mendapati Dajjal di
pintu Ludd sebelah timur, lalu membunuhnya. Akhirnya Allah menghancurkan kaum
Yahudi, tidak ada satu makhluk pun yang diciptakan oleh Allah di mana orang
Yahudi berlindung di belakangnya melainkan Allah menjadikannya dapat berbicara,
baik batu, pohon, dinding, dan binatang, kecuali gharqad karena ia adalah pohon
mereka, pohon itu tidak bisa berbicara.” [8]
Hadits ini dengan jelas menyatakan
berbicaranya benda-benda mati.
Demikian pula pengecualian pohon gharqad
dari berbagai macam benda mati, di mana pohon ini tidak mengabarkan keberadaan
orang Yahudi karena ia adalah pohon mereka. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
benda mati berbicara secara hakiki, seandainya makna dari berbicara tersebut
sebagai kiasan, niscaya tidak akan ada tujuan yang jelas terhadap pengecualian
ini.
Dan seandainya kita memahami pembicaraan
benda mati sebagai kiasan, niscaya hal itu bukan merupakan sesuatu yang istimewa
dalam memerangi kaum Yahudi di akhir zaman, dan kekalahan mereka di hadapan
kaum muslimin sama dengan kekalahan orang-orang kafir lainnya yang dikalahkan
oleh kaum muslimin. Sementara itu, tidak ada satu riwayat pun yang menjelaskan
peperangan mereka (kaum kafir) seperti penjelasan tentang peperangan melawan
kaum Yahudi, berupa pemberitahuan benda mati terhadap mereka yang bersembunyi
[9]. Jika kita perhatikan bahwa hadits ini menjelaskan keanehan yang terjadi di
akhir zaman yang merupakan tanda Kiamat. Hal itu menunjukkan bahwa bicaranya
benda mati ketika (kaum muslimin) memerangi kaum Yahudi adalah sesuatu yang
pasti ada (hakiki), dan bukan kiasan dari penampakan mereka di hadapan kaum
muslimin, juga bukan kiasan dari kelemahan mereka dalam menahan serangan kaum
muslimin, sebagaimana dikatakan. Wallaahu a’lam.
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah,
Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima
1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni,
Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Shahiih Muslim, kitab al-Jihaad was Sair, bab Ijlaalil Yahuud wal Hijaaz (XII/ 92, Syarh an-Nawawi).
[2]. Dia adalah Abu ‘Ali al-Hasan bin Musa al-Asyyab al-Baghdadi ats-Tsiqah. Hakim di Thibristan, Maushil dan Himsh. Imam Ahmad meriwayatkan dari beliau, wafat pada tahun 208, atau 209, atau 210 t. Lihat Tahdziibut Tahdziib (II/323).
[3]. Musnad Imam Ahmad (V/16, Muntakhab Kanzul ‘Ummal).
Ibnu Hajar berkata, “Sanadnya hasan.” Fat-hul Baari (VI/610).
[4]. Al-Gharqad: An-Nawawi berkata, “Semacam pohon yang berduri, terkenal di negeri al-Maqdis, dan di sanalah Dajjal dan orang-orang Yahudi akan diperangi.” Syarh Muslim (XVIII/45).
[5]. Shahiih al-Bukhari, kitab al-Jihaad, bab Qitaalul Yahuudi (VI/103, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraatus Saa’ah (XVIII/44-45, Syarh an-Nawawi).
[6]. Lihat Hidaayatul Baari ila Tartiibi Shahiih al-Bukhaari (I/317), dan al-‘Aqaaidul Islaamiyyah, karya Sayyid Sabiq (hal. 54). Ibnu Hajar memilih pendapat yang menyatakan bahwa pohon dan batu berbicara secara hakiki.
Lihat Fat-hul Baari (VI/610).
[7]. (اَلسَّاجُ) ia adalah jubah besar yang kasar, ada juga yang mengatakan jubah yang dilapisi ter (cairan aspal), dan ada juga yang mengatakan jubah hijau.
Lihat Lisaanul ‘Arab (II/302-303).
[8]. Sunan Ibni Majah (II/1359-1363) (no. 4077).
Ibnu Hajar berkata, “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan panjang lebar, asalnya terdapat dalam riwayat Abu Dawud, dan yang semisalnya dalam hadits Samurah pada riwayat Ahmad dengan sanad yang jayyid, dan diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam kitab al-Iimaan dari hadits Hudzaifah dengan sanad yang shahih.” Fat-hul Baari (VI/610).
[9]. Lihat Ithaaful Jamaa’ah (I/337-338).
_______
Footnote
[1]. Shahiih Muslim, kitab al-Jihaad was Sair, bab Ijlaalil Yahuud wal Hijaaz (XII/ 92, Syarh an-Nawawi).
[2]. Dia adalah Abu ‘Ali al-Hasan bin Musa al-Asyyab al-Baghdadi ats-Tsiqah. Hakim di Thibristan, Maushil dan Himsh. Imam Ahmad meriwayatkan dari beliau, wafat pada tahun 208, atau 209, atau 210 t. Lihat Tahdziibut Tahdziib (II/323).
[3]. Musnad Imam Ahmad (V/16, Muntakhab Kanzul ‘Ummal).
Ibnu Hajar berkata, “Sanadnya hasan.” Fat-hul Baari (VI/610).
[4]. Al-Gharqad: An-Nawawi berkata, “Semacam pohon yang berduri, terkenal di negeri al-Maqdis, dan di sanalah Dajjal dan orang-orang Yahudi akan diperangi.” Syarh Muslim (XVIII/45).
[5]. Shahiih al-Bukhari, kitab al-Jihaad, bab Qitaalul Yahuudi (VI/103, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraatus Saa’ah (XVIII/44-45, Syarh an-Nawawi).
[6]. Lihat Hidaayatul Baari ila Tartiibi Shahiih al-Bukhaari (I/317), dan al-‘Aqaaidul Islaamiyyah, karya Sayyid Sabiq (hal. 54). Ibnu Hajar memilih pendapat yang menyatakan bahwa pohon dan batu berbicara secara hakiki.
Lihat Fat-hul Baari (VI/610).
[7]. (اَلسَّاجُ) ia adalah jubah besar yang kasar, ada juga yang mengatakan jubah yang dilapisi ter (cairan aspal), dan ada juga yang mengatakan jubah hijau.
Lihat Lisaanul ‘Arab (II/302-303).
[8]. Sunan Ibni Majah (II/1359-1363) (no. 4077).
Ibnu Hajar berkata, “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan panjang lebar, asalnya terdapat dalam riwayat Abu Dawud, dan yang semisalnya dalam hadits Samurah pada riwayat Ahmad dengan sanad yang jayyid, dan diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam kitab al-Iimaan dari hadits Hudzaifah dengan sanad yang shahih.” Fat-hul Baari (VI/610).
[9]. Lihat Ithaaful Jamaa’ah (I/337-338).
0 komentar:
Posting Komentar